Saturday, February 11, 2017

[IIP] NHW#3 Part 3 : Membangun Peradaban dari dalam Rumah

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

itu tema NHW 3 ini.
tema ini sangaaaaaaatt fenomenal.
karena berhasil membuat saya bikin 3 postingan blog sekaligus dalam 3 hari.
postingan pertama adalah tentang jatuh cinta kembali kepada suami,
mengungkapkannya melalui surat cinta dan melihat responsnya.
semua tertuang dalam postingan ini.

Postingan kedua adalah tentang melihat potensi si buah hati.
tulisan tersebut cukup panjang juga sehingga saya buat dalam satu postingan sendiri disini..

naaah sedangkan postingan kali ini adalah membahas tentang potensi diri, dan membahas tentang tantangan di lingkungan tempat tinggal..

tampaknya akan jadi postingan yg juga panjang...

POTENSI DIRI SENDIRI

agak susah dan perlu pemikiran mendalam melihat potensi diri,
hingga akhirnya saya berdiskusi dgn suami untuk meyakinkan diri.

Saya adalah tipe orang yang MUDAH KHAWATIR.
Iya. Mungkin ini bagai pisau bermata 2.
karena dgn khawatir akan meningkatkan kewaspadaan terutama untuk masalah keluarga dan kesehatan.
tapi juga kadang membuat saya stress karena cepat panik.

untuk itulah mungkin Allah menakdirkan saya memiliki suami dgn pribadi yg tenang.
sehingga kami saling melengkapi.
saat saya mulai panik, saya akan berdiskusi dgn suami untuk mengambil keputusan..

Saya juga seorang ibu dgn tipe PERFEKSIONIS.
apalagi yg berhubungan dgn kesehatan, tumbuh kembang dan parenting anak.
saya hobi sekali MEMBACA DAN MENCARI JURNAL ILMIAH.
terutama tentang kesehatan anak.

Saya berpikir teoritis sekali.
segala hal menurut saya harus ada dasar teorinya.
hal simpel semacam "Apa saja benefit makan pisang" atau "kandungan gizi ASI setelah anak berumur 2 tahun" pun tak luput dari bahan surfing saya...

kalo saya jago secara teori, suami melengkapinya di praktikal..

Saya juga tipe orang PEKERJA KERAS.
Qadarullah saya bekerja di luar rumah.
sehari hari, si buah hati ikut saya berangkat kerja, dan kemudian saya titipkan di daycare dekat kantor.
Istirahat siang saya menyempatkan ke daycare untuk menjenguknya. 
kemudian sepulang kantor saya menjemputnya kembali.
Suami jarang bisa pulang ke rumah.
jarak kantor Tanjung Priuk - Serpong bukan hanya satu2nya hambatan. Kerja di proyek konstruksi pelabuhan membuat suami selalu lembur, dikejar deadline membuatnya sering menginap kantor.

Berdua dgn si buah hati kesana kemari,
di rumah tanpa ART.
beres2 rumah, masak, pumping ASI tengah malam sering saya lakukan saat si bocah sudah terlelap.

kadang suami merasa kasihan,
kalo sempat pulang, beliau selalu membantu pekerjaaan rumah.
entah cuci piring atau menyapu.

yes, we're in a good teamwork...

untuk itulah kami ditakdirkan bersama.
masya Allah.
setelah menulis nice homework kali ini saya semakin mensyukuri kehadiran suami di sisi saya...



TENTANG TANTANGAN LINGKUNGAN SEKITAR

Alhamdulillah, awal tahun 2015, di 1 tahun pernikahan kami..
aku keterima menjadi PNS di Serpong, setelah 3 tahun bekerja di perusahaan swasta asing di Cikarang.
bertepatan dgn pengumuman diterimanya aku..
Kami langsung searching rumah..
bisa baca2 post jadulnya disini.

ga terasa hampir 2 tahun kami bertempat tinggal di kompleks perumahan ini.
Kompleks perumahan kami cukup nyaman dan aman.
dengan security berlapis dan fasilitas olah raga yg cukup memadai.
mayoritas ibu2 disini adalah pekerja kantoran di luar rumah, sehingga kebanyakan anak2nya dititipkan kepada ART.

saya sering ikutan nimbrung sore hari sepulang kantor dgn beberapa ART di sekitar rumah yg sedang menemani anak2 bermain.

tantangan terberat di sekitar kami adalah tentang gadget.
iya. Anak2 itu sudah dibawain gadget oleh orang tua mereka. Seringnya tanpa diawasi..
sering aku menegur mereka, sambil bertanya..
"Nonton apa dek?"..
atau untuk anak2 seumuran Naufal, aku sering memboyong mereka untuk main ke rumah..
mencekoki mereka dgn buku buku berkualitas.
agar tidak selalu terpapar TV dan gadget..

iya, karena 

it takes a village to raise a child..

membutuhkan banyak orang untuk mendidik seorang anak..
kita tidak bisa serta merta cuek terhadap lingkungan,
dan berharap anak kita akan tumbuh baik baik saja.
karena sesungguhnya faktor lingkungan berperan sangat besar terhadap pola pikir anak kita kelak..

anggap saja, anak tetangga adalah anakmu juga..

karena sebaik baik manusia adalah yg bermanfaat untuk lingkungannya..

salam..
semoga bermanfaat..




No comments:

Post a Comment