Tuesday, February 28, 2017

[IIP] Matrikulasi Sesi #6 IBU MANAJER KELUARGA HANDAL

taken from here


IBU MANAJER KELUARGA HANDAL

Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6

Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik.


Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik.

Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.

Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama,
yaitu kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita


Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak.

Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.


Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?

🍀Apakah masih ASAL KERJA, menggugurkan kewajiban saja?

🍀Apakah didasari sebuah KOMPETISI sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?

🍀Apakah karena PANGGILAN HATI sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?


Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita..


🍀Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.

🍀Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses

🍀Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada.
Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, TANPA MENGELUH.

 

Ibu Manajer Keluarga
Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga.
Maka masukkan dulu di pikiran kita "Saya Manager Keluarga",
kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.

🍀Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.

🍀Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi

🍀Buatlah skala prioritas

🍀Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.


Menangani Kompleksitas Tantangan
Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

a. PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama.
Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami.

- Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini
- aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.


b.ONE BITE AT A TIME
Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap
-Lakukan sekarang
-Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

c. DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.

Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda


Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya

Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu,
maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini,
usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.


Perkembangan Peran
Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu?
Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan.

Tetapi mengapa tidak?
Karena selama ini kita masih SEKEDAR MENJADI IBU

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:

🍀 Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.

 Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “manajer keuangan keluarga"

🍀 Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja.
Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.
Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.

Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.

🍀 Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah.
Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.

Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.

Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.

🍀Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.

Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.

Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata :

BERUBAH atau KALAH

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/


SUMBER BACAAN :

- Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP, 2015
- Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #3, 2017
- Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009

Monday, February 27, 2017

[IIP] Nice Homework #5 Belajar Bagaimana Caranya Belajar

Setelah mulai memahami teori di kelas matrikulasi sesi 5 disini..
Tibalah saatnya mengerjakan Nice Homework yang ke 5.
Yaitu :

Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat Design Pembelajaran ala kita.

Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.

Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.

=================================


Ngomong2 soal NHW5 ini, puyeng lhoo..
saoalnya barengan sama kerjaan kantor yg numpuk..
plus barengan sama MDS Online Competition yg bikin si emak super duper mikirnya...

Renacana ngerjain minggu pagi, saat si bocah quality time sama bapaknya,
lha kok ternyata doi ga enak bada, jadi nempel muluk sama nyenyen...

Akhirnya terpaksa minta dispensasi waktu utk pertama kalinya niih...

Lhaaah knp gw malah tjurhaat...

sung aja deh yaa...

dari berbagai study literatur..
ada bermacam2 tipe desain pembelajaran. 

Secara umum, desain pembelajaran dibagi berdasarkan :
  1. Model berorientasi kelas (mendesain pelajaran model mikro). Contoh : Metode ASSURE
  2. Model berorientasi sistem (sistem pembelajaran yg cakupannya luas. Contoh : Metode ADDIE
  3. model berorientasi produk
  4. model prosedural, dan
  5. model melingkar..
Naaah, berdasar pengkajian berbagai hal, dan hasil ngobrol dgn suami, kami sepakat..
bahwa metode belajar yg cocok dgn kami adalah METODE ADDIE..

taken from here



Naaah, apa saja sih ituu..

ANALYSIS

Dalam hal ini, saya menganalisis diri saya sendiri, dan anak saya...

taken from here
 
  • Saya adalah tipe pembelajar VISUAL. Saya mengingat sesuatu melalui asosiasi visual. Saya lebih suka membaca, kemudian menuliskannya melalui coreta2 tangan saya sendiri. Saya kadang mengetahui apa yg harus saya jawab, tapi agak susah mengungkapkannya. 
  • Saya adalah tipe org yg DETAILS dan PERFEKSIONIS, saya selalu berasaskan cari teori terlebih dahulu baru mempraktikkannya.
  • Berkaitan dgn ilmu yg akan saya pelajari, saya menilai diri sendiri ada di angka 6, dari skala 5-10  
  • Anak saya sepertinya tipe pembelajar KINESTETIK. Dia menghafal dgn cara bergerak. Sering saya ajak dia bernyanyi, membacakannya buku cerita. Dia bergerak, lari kesana kemari. Tapi ketika saya memintanya menyanyi, dia hapal lagu2nya.. Masya Allah..

DESIGN

Pada tahap ini dilakukan perancangan konsep, tentang apa2 yg harus dipelajari, dan media2 yg diperlukan.

Melalui Nice Homework#1, saya sudah melakukan sebuah design tentang ilmu2 apa yg akan saya pelajari, yaitu : Ilmu Parenting dengan perspektif dasar dari Al Quran dan Hadist.

Kemudian di Nice Homework #4 telah dituliskan secara rinci target2 yang harus dilakukan.

Untuk media yang dibutuhkan, berdasarkan Nice Homework #1 antara lain :
- The Holy Qur'an
- Al Hadist
- Jurnal, buku, yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya
- Melalui kajian dan diskusi baik bersama keluarga, maupun bersama forum
- Mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hai


DEVELOP

Pada tahap ini, dimulailah pengembangan akan sebuah pembelajaran.
Dari mana memulai, kapan memulai, dan kapan targetnya.
Hal ini sudah tertulis dengan gamblang di Nice Homework #4.

Yaitu dengan menetapkan 0 km saya di bulan September 2016. 
Saat saya sah menjadi seorang book advisor.

Target saya dalam 7 tahun adalah memiliki perpustakaan sendiri, dan menjadi seorang Book Advisor leader.


IMPLEMENT

Dalam proses mencapai tujuan yg diharapkan, kami memulai dengan mengimplementasikan checklist yg tertulis di Nice Homework#2.

Dalam checklist tersebut tertulis dengan jelas kegiatan2 yg seharusnya dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Juga sebagai langkah konkrit dalam mencapai seorang ibu, istri dan individu yang lebih baik lagi kedepannya


EVALUATE

Tahap evaluasi ini akan dilakukan secara berkala oleh suami dan anak2, karena merekalah customer dari proses pembelajaran ini.
Evaluasi evaluasi tersebut berhubungan dengan tujuan pembelajaran, apakah tercapai atau tidak?
Media pembelajaran yg efektif atau tidak?
dan tentang implementasi yg sukses atau tidak...


 Semoga bermanfaat...



 

Sunday, February 26, 2017

[IIP] Matrikulasi Sesi #5 Belajar Bagaimana Caranya Belajar


Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar... 

Bagaimana sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih?
kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar.

Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yg teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya.

Inilah tujuan kita belajar.

Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir.
Tetapi mengapa sekarang ada orang yg senang belajar dan ada yang tidak suka belajar

Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.

Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran.
Lebih kepada rasa.
 
Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan

Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah.
Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali.
Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita.
Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.


Taken from here


Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita ?

Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal :
1. Belajar hal berbeda 
2. Cara belajar yang berbeda
3. Semangat belajar yang berbeda


1. Belajar Hal Berbeda
 
Apa saja yang perlu di pelajari ? yaitu dengan belajar apa saja yang bisa:
  • Menguatkan Iman, ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya
  • Menumbuhkan karakter yang baik
  •  Menemukan passionnya (panggilan hatinya)
 
2. Cara Belajar Berbeda
 
Jika dulu kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya.
Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.
Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak2 kita untuk bertanya.

Misalnya :
Ibu jari : How
Jari telunjuk : Where
Jari tengah : What
Jari manis : When
Jari kelingking : Who
Kedua telapak tangan di buka : Why
Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka : Which one.

Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir.

Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya

Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dg aktif mencari.

Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja.
Jika dulu kita hanya menelan informasi dr guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik

Apa itu berpikir skeptik ?
 
Berpikir Skeptik yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.

3. Semangat Belajar Yang berbeda
 
Semangat belajar yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah :
  • Tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.
  • Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.
Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan.

Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu).

Yang harus dipahami,

Menuntut Ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita
 
Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?
adalah dengan menggunakan strategi  "Meninggikan gunung, bukan meratakan lembah"

Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal2 yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin.

Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada club bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.

Sebaliknya jangan meratakan lembah, yaitu dengan menutupi kekurangannya.

Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya).
Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stress.

Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan / kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.
Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh-nyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan.
Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.

Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar ?
Caranya adalah :
1. Mengetahui apa yang anak-anak mau / minati
2. Mengetahui tujuannya, cita-citanya
3. Mengetahui passionnya

Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.

Good is not enough anymore we have to be different

Baik saja itu tidak cukup,tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).

Peran kita sebagai orang tua :
  • Sebaga pemandu : usia 0-8 tahun.
  • Sebagai teman bermain anak-anak kita : usia 9-16 tahun. Kalau tidak maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/percaya dengan temannya
  • Sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita : usia 17 tahun keatas.
Cara mengetahui passion anak adalah :
1. Observation ( pengamatan)
2. Engage(terlibat)
3. Watch and listen ( lihat dan dengarkan suara anak)

Perbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain.
Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu.
Diajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.

Cara mengolah kemampuan berfikir Anak dengan :
1. Melatih anak untuk belajar bertanya,
Caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek.
2. Belajar menuliskan hasil pengamatannya. Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya
3.Presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan/dipelajari
4. Kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.

Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita..

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber bacaan :
Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014
Joseph D Novak, Learning how to learn, e book, 2009

Sunday, February 19, 2017

[IIP] Nice Homework #4 Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

Okeh..
Sejauh ini Nice Homework ke-4 inilah yg bikin gw ngerasa..
"rrrrrrr.... selama ini gw ngapain aja sik"

Daaan, Nice Home work 4 ini membuatku mikirnya sampeeeee berhari2,
mendekati deadline pengumpulan NHW...
Jadi inilah hasil nyepi berhari-hari itu..


1. lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?

Pada NHW #1 saya memilih ilmu jurusan parenting, dan sejauh ini ilmu tersebut masih sesuai dengan  visi misi saya ke depannya.
Karena menurut saya, ilmu inilah yang paling saya butuhkan untuk mendidik anak-anak saya kelak, dan membuat saya (dan suami) menjadi pribadi yg (selalu berusaha) lebih baik dari hari ke hari.. 


2. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? 

Jujur untuk mengisi checklist, saya sudah rutin, karena checklist tersebut saya jadikan dekstop di PC saya, dan saya setiap hari mengisinya..
Namun, untuk pelaksanaannya..
Tentu saja belum rutin.. hehe

Terutama checklist sebagai individu, dalam aspek Jasmani..
Lebih spesifik di poin olah raga... :D
Karena berbagai alasan, yg membuat pagi saya selalu merasa di kejar2 waktu, sehingga me time saya berupa olah raga sering terlupakan. 
Namun untuk checklist sebagai istri dan ibu hampir mayoritas sudah saya kerjakan.

Melalui Nice Homework #4 ini, sekaligus merupakan reminder bagi saya untuk mulai kembali menjalankan checklist dan memnuhinya, terutama pada aspek jasmani sebagai individu.


3. Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat. 

Saya merasa bahagia ketika menjalani peran saya belakangan ini. 
Yaitu sebagai seorang book advisor.
Penebar virus membaca ke seantero negeri.

Sejak kecil hobi saya adalah membaca.
Saya bisa diam berjam-jam tenggelam dalam lautan buku di kamar saya sendiri.
Oleh karena itu, bahkan sejak sebelum si bocah lahir, saya selalu membacakannya buku.
Iya, saya membiasakan membacakan buku untuk anak saya sejak dari dalam kandungan.

Dan menurut saya, kebiasaan untuk membaca sangat bergantung pada pendidikan paling awal anak, yaitu dari keluarga.




Melihat lingkungan sekitar yg belum terbiasa dgn buku, melihat berita dan timeline FB saya belakangan ini, membuat saya tersadar bahwa budaya literasi di Indonesia masih sangatlah minim.
Saya pun semakin getol untuk mencari2 ilmu tentang pentingnya mengenalkan buku untuk anak2 sejak dini.



Kemudian saya bergabung dalam komunitas book advisor, dan tersadar..
Sepertinya disinilah peran saya..

Saya pun secara tidak sengaja menemukan salah satu minat saya, yaitu berjualan.
Iya, dengan menjadi book advisor bagaikan sekali merengkuh dayung, 2-3 pulau terlampaui.
Saya bisa mengajak orang untuk mengenalkan buku ke anak-anak mereka, sekaligus dapat mengasah kemampuan saya untuk berwirausaha.

Misi Hidup : Menebarkan virus membaca ke banyak keluarga
Bidang : Ilmu Parenting, budaya literasi, covert selling
Peran : Penggerak/Inspirator


4. Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut. 
  • Bunda Sayang : Ilmu-ilmu tentang tumbuh kembang dan kesehatan anak, pendidikan anak, dan fungsi membaca dalam psikologi anak melalui jurnal - jurnal ilmiah, diskusi dalam forum serta dari buku-buku yang membuat ilmu dan dasar teori semakin dalam.
  • Bunda Cekatan : Ilmu tentang memanajemen diri, manajemen rumah tangga dan manajemen waktu
  • Bunda Produktif : Ilmu covert selling dari ahlinya, melalui seminar, online course. Serta memperdalam teknik berkomunikasi untuk mempermudah dalam public speaking di forum-forum diskusi.
  • Bunda Saleha : Ilmu tentang berbagi manfaat untuk banyak orang. Baik berbagi melalui tulisan, diskusi ataupun yang lain.
  
5. Tetapkan milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan misi hidup  

Kilometer 0 saya adalah saat saya mulai join di komunitas book advisor.
Yaitu pada September 2016.
Saya berkomitmen untuk menjadi ahli pada bidang-bidan tersebut pada jam terbang ke 10.000.

Bila saya mengasumsikan dalam sehari saya meluangkan waktu 4 jam untuk mempelajarinya,
akan butuh 2500 hari, yaitu maksimal 7 tahun untuk mencapainya.
  • km 0 - km 2 : menguasai ilmu tentang parenting (termasuk lulus dalam program matrikulasi IIP), memahami pentingnya membacakan buku untuk anak - anak, mempraktikkan dan mengajarkan kebiasaan cinta buku pada anak-anak.
  • km 3 - km 4 : mulai memanajemen waktu dan manajemen finansial, serta berkonsentrasi untuk menularkan virus membaca kepada lingkungan sekitar, dapat melihat pangsa pasar dan mulai ahli berjualan (metode covert selling)
  • km 5 - km 6 : menjadi seorang sales supervisor (book advisor leader) yg dapat membimbing teman-temannya untuk juga menularkan kebiasaan membaca ke seantero negeri
  • km 7 : memiliki perpustakaan mini di rumah, mengajak tetangga sekitar untuk mulai mencintai buku.

5. Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.

Sedikit banyak sudah masuk di dalam check list, untuk lebih spesifiknya, akan segera direvisi

6. Lakukan, lakukan, lakukan....

Mengajak suami untuk ikut berperan serta dalam menyukseskan roadmap ini, 
Suami akan berperan sebagai reminder saat ada yang melenceng dari target-target yang telah dituliskan..



Naaah jadi penasaran, dalam 7 tahun ke depan, berhasil ga ya gw mencapai target2 yg udah dituliskan sekarang..
We'll see..


Salam,
Yulita Ika Pawestri
Istri, ibu anak 1 yg sedang giat giatnya meniru...





 

Thursday, February 16, 2017

[IIP] Matrikulasi Sesi #4 Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

PROGRAM MATRIKULASI IBU PROFESIONAL SESI #4 

MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH



Bunda, setelah kita memamahi bahwa salah satu alasan kita melahirkan generasi adalah untuk membangun kembali peradaban dari dalam rumah kita, maka semakin jelas di depan mata kita, ilmu-ilmu apa saja yang perlu kita kuasai seiring dengan misi hidup kita di muka bumi ini.


Minimal sekarang anda akan memiliki prioritas ilmu-ilmu apa saja yang harus anda kuasai di tahap awal, dan segera jalankan, setelah itu tambah ilmu baru lagi.
Bukan saya, sebagai teman belajar anda di IIP selama ini, maupun para ahli parenting lain yang akan menentukan tahapan ilmu yang harus anda kuasai, melainkan DIRI ANDA SENDIRI


Apakah mudah? TIDAK.

Tapi yakinlah bahwa kita bisa membuatnya menyenangkan.
Jadilah diri anda sendiri, jangan hiraukan pendapat orang lain.
Jangan silau terhadap kesuksesan orang lain.
Mereka semua selalu berjalan dari KM 0, maka mulai tentukan KM 0 perjalanan anda tanpa rasa “galau”.

Inilah sumber kegalauan diri kita menjalankan hidup, kita tidak berusaha memahami terlebih dahulu apa “misi hidup” kita sebagai individu dan apa “misi keluarga” kita sebagai sebuah komunitas terkecil.


Sehingga semua ilmu kita pelajari dengan membabi buta dan  tidak ada yang dipraktekkan sama sekali.
Semua seminar dan majelis ilmu offline maupun online kita ikuti, karena kekhawatiran tingkat tinggi akan ketertinggalan ilmu kekinian, tapi tidak ada satupun yang membekas menjadi jejak sejarah perjalanan hidup anda.

Check List harian sudah anda buat dengan rapi di Nice Homework#2, surat cinta sudah anda buat dengan sepenuh hati  di Nice Homework #3.

Bagi yg sudah menemukan misi hidup dan misi keluarga, Misi tersebut sudah kita tulis besar-besar di dinding kamar, tapi anda biarkan jadi pajangan saja.
Maka “tsunami informasilah” yang anda dapatkan, dan ini menambah semakin tidak yakinnya kita kepada “kemampuan fitrah” kita dalam mendidik anak-anak.


“ Just DO It”,
lakukan saja meskipun anda belum paham, karena Allah lah yang akan memahamkan anda lewat laku kehidupan kita.




Demikian juga dengan pendidikan anak-anak.

Selama ini kita heboh pada Apa yang harus dipelajari anak-anak kita, bukan pada Untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut.
Sehingga banyak ibu-ibu yang bingung memberikan muatan-muatan pelajaran ke anak-anaknya tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus melakukannya.


Ada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir jaman, yaitu

PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH
Tahap yang harus anda jalankan adalah sbb:

a.Bersihkan hati nurani anda, karena ini faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan anda.

b. Gunakan Mata Hati untuk melihat setiap perkembangan fitrah anak-anak.

Karena sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya sehingga anak-anak tidak akan menjadi seperti kita, yang telat menemukan misi spesifik hidupnya.

c. Pahami Fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja.

Mulai dari fitrah Ilahiyah, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat, Fitrah Perkembangan, Fitrah Seksualitas dll.

d. Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogkan diri anda dengan seorang petani organik.

e. Selanjutnya tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses.

Semua riset tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dsbnya hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.

f. Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. Bersama anak itu anda dan anak berinteraksi mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. Waktu dengan anak, anda dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan pikiran kita entah kemana.

g. Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena anak anda “very limited special edition

Bunda, mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dsbnya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.

Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan bernalar atau menguasai banyak pelajaran, lebih penting mana membuat mereka cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca.

Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya.

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/



Sumber bacaan :
Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Antologi, Komunitas Ibu Profesional, Bunda Sayang, Surakarta, 2014
Materi Matrikulasi sesi #3, Membangun Peradaban dari Dalam Rumah, 2017

Saturday, February 11, 2017

[IIP] NHW#3 Part 3 : Membangun Peradaban dari dalam Rumah

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

itu tema NHW 3 ini.
tema ini sangaaaaaaatt fenomenal.
karena berhasil membuat saya bikin 3 postingan blog sekaligus dalam 3 hari.
postingan pertama adalah tentang jatuh cinta kembali kepada suami,
mengungkapkannya melalui surat cinta dan melihat responsnya.
semua tertuang dalam postingan ini.

Postingan kedua adalah tentang melihat potensi si buah hati.
tulisan tersebut cukup panjang juga sehingga saya buat dalam satu postingan sendiri disini..

naaah sedangkan postingan kali ini adalah membahas tentang potensi diri, dan membahas tentang tantangan di lingkungan tempat tinggal..

tampaknya akan jadi postingan yg juga panjang...

POTENSI DIRI SENDIRI

agak susah dan perlu pemikiran mendalam melihat potensi diri,
hingga akhirnya saya berdiskusi dgn suami untuk meyakinkan diri.

Saya adalah tipe orang yang MUDAH KHAWATIR.
Iya. Mungkin ini bagai pisau bermata 2.
karena dgn khawatir akan meningkatkan kewaspadaan terutama untuk masalah keluarga dan kesehatan.
tapi juga kadang membuat saya stress karena cepat panik.

untuk itulah mungkin Allah menakdirkan saya memiliki suami dgn pribadi yg tenang.
sehingga kami saling melengkapi.
saat saya mulai panik, saya akan berdiskusi dgn suami untuk mengambil keputusan..

Saya juga seorang ibu dgn tipe PERFEKSIONIS.
apalagi yg berhubungan dgn kesehatan, tumbuh kembang dan parenting anak.
saya hobi sekali MEMBACA DAN MENCARI JURNAL ILMIAH.
terutama tentang kesehatan anak.

Saya berpikir teoritis sekali.
segala hal menurut saya harus ada dasar teorinya.
hal simpel semacam "Apa saja benefit makan pisang" atau "kandungan gizi ASI setelah anak berumur 2 tahun" pun tak luput dari bahan surfing saya...

kalo saya jago secara teori, suami melengkapinya di praktikal..

Saya juga tipe orang PEKERJA KERAS.
Qadarullah saya bekerja di luar rumah.
sehari hari, si buah hati ikut saya berangkat kerja, dan kemudian saya titipkan di daycare dekat kantor.
Istirahat siang saya menyempatkan ke daycare untuk menjenguknya. 
kemudian sepulang kantor saya menjemputnya kembali.
Suami jarang bisa pulang ke rumah.
jarak kantor Tanjung Priuk - Serpong bukan hanya satu2nya hambatan. Kerja di proyek konstruksi pelabuhan membuat suami selalu lembur, dikejar deadline membuatnya sering menginap kantor.

Berdua dgn si buah hati kesana kemari,
di rumah tanpa ART.
beres2 rumah, masak, pumping ASI tengah malam sering saya lakukan saat si bocah sudah terlelap.

kadang suami merasa kasihan,
kalo sempat pulang, beliau selalu membantu pekerjaaan rumah.
entah cuci piring atau menyapu.

yes, we're in a good teamwork...

untuk itulah kami ditakdirkan bersama.
masya Allah.
setelah menulis nice homework kali ini saya semakin mensyukuri kehadiran suami di sisi saya...



TENTANG TANTANGAN LINGKUNGAN SEKITAR

Alhamdulillah, awal tahun 2015, di 1 tahun pernikahan kami..
aku keterima menjadi PNS di Serpong, setelah 3 tahun bekerja di perusahaan swasta asing di Cikarang.
bertepatan dgn pengumuman diterimanya aku..
Kami langsung searching rumah..
bisa baca2 post jadulnya disini.

ga terasa hampir 2 tahun kami bertempat tinggal di kompleks perumahan ini.
Kompleks perumahan kami cukup nyaman dan aman.
dengan security berlapis dan fasilitas olah raga yg cukup memadai.
mayoritas ibu2 disini adalah pekerja kantoran di luar rumah, sehingga kebanyakan anak2nya dititipkan kepada ART.

saya sering ikutan nimbrung sore hari sepulang kantor dgn beberapa ART di sekitar rumah yg sedang menemani anak2 bermain.

tantangan terberat di sekitar kami adalah tentang gadget.
iya. Anak2 itu sudah dibawain gadget oleh orang tua mereka. Seringnya tanpa diawasi..
sering aku menegur mereka, sambil bertanya..
"Nonton apa dek?"..
atau untuk anak2 seumuran Naufal, aku sering memboyong mereka untuk main ke rumah..
mencekoki mereka dgn buku buku berkualitas.
agar tidak selalu terpapar TV dan gadget..

iya, karena 

it takes a village to raise a child..

membutuhkan banyak orang untuk mendidik seorang anak..
kita tidak bisa serta merta cuek terhadap lingkungan,
dan berharap anak kita akan tumbuh baik baik saja.
karena sesungguhnya faktor lingkungan berperan sangat besar terhadap pola pikir anak kita kelak..

anggap saja, anak tetangga adalah anakmu juga..

karena sebaik baik manusia adalah yg bermanfaat untuk lingkungannya..

salam..
semoga bermanfaat..




[IIP] NHW#3 Part 2 : Dialah anakku..

Assalamualaikum...
Sampai juga di Nice Home Work yg ke 3.
Nice homework 3 ini, dibagi dalam 3 kondisi.
untuk kondisi yg pranikah, menikah dan single parents. 

Naah, aku kebagian ngerjain yg kondisi menikah dong yaa...
apa siih isi nice homeworknya 3 yg fenomenal itu?

a. Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.
Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

b.Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.

c. Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.

d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?

===========

Poin A kemaren udah di post di postingan ini yaa..
dan kemudian suami pulang jam 9 malam dr kantor bawain hadiah super romantis berupa nasi goreng istimewa...
iya. Suami pulang jam 9 malem bawain nasgor bwt istrinya.
gimana mau kurus cobaaaa..
terpaksa deh makan lagi
*preeet pdhal makan dgn riang gembira*

Naaah untuk poin B, kami menjawab dgn diskusi..
Tentunya setelah makan nasi goreng 😂

POTENSI KEKUATAN NAUFAL (21 MONTHS)

He is the apple of my eyes...

Naufal sepertinya tipe pembelajar KINESTETIK.
dia suka sekali meraba, menyentuh, merasakan terutama benda2 yg menurutnya baru.
iya.
Seperti beberapa hari kemaren, dia menyentuh wajan panas yg masih teronggok di kompor yg menyala..

Selain itu, akhir2 ini Naufal pinter sekali MENIRU DAN MENGHAPAL, dia juga tipe yg CURIOUSITY TINGGI.
tak henti2nya dia bertanya.. ini apa? Itu apa?..

Hobinya belakangan ini adalah bermain bola, memperhatikan segala hal tentang kendaraan (truk, bus, kereta api, mobil, taksi) dan MEMBACA DAN DIBACAKAN BUKU..




Iya. Bocah sekecil itu demen bngt sama yg namanya buku.
setiap hari, sebelum tidur adalah waktu rutinnya untuk membaca, bercerita dan dibacakan buku.
Saya telah mengenalkannya dgn buku sejak dia masih di dalam kandungan, sejak dia masih berusia beberapa bulan saya sudah rutin membacakan buku untuknya..

Si Naufal juga tipe anak yg RAPI.
Ini saya sering dapat info dari pengasuhnya di daycare.
Naufal yg paling sering memasukkan sandal.
baik sandal dia sendiri maupun sandal teman2nya ke rak sepatu.
begitupun dgn mainan yg berserakan, dia suka sekali beres2..

Naah ada 1 hal lagi yg agak membuat saya entah harusnya seneng atau khawatir.
Naufal anaknya NGALAHAN. NGALAHAN BANGET.
Jadi, kalo di daycare dia kebetulan berebutan mainan..
dia akan senang hati menyerahkan mainan itu ke temennya.
entahlah ini sepertinya ga bener juga disebut POTENSI..
sepertinya saya harus segera menanamkan konsep kepemilikan secara mendalam kepadanya.
iya. Ini 1 PR sendiri untuk saya...

Yg jelas kami sangat bersyukur akan hadirnya Naufal di tengah2 kami.

Subhanallah Tabarakallah..

Semoga Naufal bisa megembangkan potensinya.
Menjadi anak yg sholeh dan menjadi penyejuk hati untuk org2 di sekitarnya..
Amiinnn..

Naaah ngomongin anak aja uda panjaaang bngt yaa..
ngomongin diri sendiri sama lingkugannya di lanjut di post berikutnya aja yaaaa......

see you..