Monday, May 28, 2018

Anemia Defisiensi Besi pada Anak

Anemia Defisiensi Besi adalah kondisi kekurangan nutrisi zat besi yang mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah. 
Pada tanggal 4 Maret 2018 yang lalu, kami sekeluarga berkesempatan hadir dalam sebuah seminar berjudul "Pengaruh Zat Besi terhadap Tumbuh Kembang Anak" bersama dr. Pulung Silalahi, SpA di Prodia Tower, Jakarta Pusat.

Seminar tersebut membeberkan banyak fakta terkait Anemia Defisiensi Besi (ADB) di Indonesia.
Diantaranya, menurut hasil survey kesehatan tahun 2007, prevalensi ADB pada Balita Indonesia sekitar 40-45%.

Padahal zat besi memiliki peran penting dalam perkembangan otak anak.

Dampak defisiensi zat besi :
- gangguan kecerdasan
- rendahnya kekebalan tubuh
- gangguan tumbuh kembang
- gangguan emosional, konsentrasi dan memori


Resiko terjadinya defisiensi besi, paling banyak pada bayi berusia 6-24 bulan.
Padahal pada masa itu merupakan golden period perkembangan otak.
ADB pada bayi juga erat dgn taraf gizi ibunya saat hamil, apakah dalam masa kehamilan mengalami anemia atau tidak.

Gangguan defisiensi besi pada anak usia kurang dari 2 tahun menyebabkan :
- terganggunya perkembangan koordinasi mental/emosi
- terganggunya perkembangan koordinasi motorik dan keseimbangan tubuh
- mempengaruhi perkembangan intelektual dan sosial di tahun2 mendatang

Pencegahan anemia pada anak :
-suplementasi zat besi pada usia 6-12 bulan
- makanan bervariasi
- menghindari makanan yg menghambat penyerapan zat besi


Setelah mengikuti acara seminar kemaren, kami langsung melakukan pengecekan Anemia Defisiensi Besi, yg memang sudah diniatkan dari awal.
Karena si bocah mengalami beberapa tanda-tanda awal, diantaranya kehilangan nafsu makan, dan berat badan stuck hampir 3 bulan.

Parameter yang dicek adalah :
Hematologi rutin
Untuk melihat parameter Hb, nilai MCV (Mean Corpuscular Volume = Volume Eritrosit Rata Rata) dan MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin = Hemoglobin Eritrosit Rata Rata)

gambaran darah tepi
Membantu diagnosis kelainan sel darah dan memberi informasi gambaran sel darah

retikulosit
Membantu menentukan jenis anemia dan informasi tentang besi yg tersedia utk produksi sel darah merah baru

besi
Untuk mengetahui kadar besi dalam darah

TIBC
untuk mengetahui total besi yg dpt dibawa dalam darah

Ferritin
Untuk mengetahui cadangan besi


Dengan melakukan pengecekan sedini mungkin, ADB ini bisa dideteksi sebelum terlalu parah dan mengakibatkan gejala berbahaya lainnya.

Saturday, May 19, 2018

[Bunda Sayang] Level 11 Day 2


❤ Presentasi Kelompok 2 :
Menumbuhkan Fitrah Seksualitas Sesuai Usia Anak

❤ Presenter :
Meutia Madrid, Sulistyawati Tutik, Tya Navratilova, Sufina Asruni, Yani



❤ Pembahasan :

1. Apa itu fitrah seksualitas



2. Mengapa perlu menumbuhkan fitrah seksualitas



3. Bagaimana jika fitrah seksualitas tidak tumbuh dgn baik



4. Bagaimana caranya? 



5. Usia 0-2 tahun



6. Usia 3-6 tahun



7. Usia 7-10 tahun




8. Usia 11-14 tahun




9. Jika fase tsb terlewat, bagaimana?




❤ Kesimpulan
Fitrah Seksualitas anak sangat penting untuk ditumbuhkan, agar anak dapat mengenali gendernya sejak kecil.

Ini menjadi tugas orang tua untuk membersamai anak dalam proses menumbuhkan Fitrah Seksualitas tersebut.

Selain membersamai, orang tuapun perlu berperan dalam membatasi atau menyaring informasi yang didapat oleh anak, terlebih di era digital seperti sekarang ini.

Idealnya, informasi yang didapat oleh anak, dikomunikasikan kembali kepada orang tua. 

Disinilah pentingnya faktor keterbukaan antara orang tua dan anak, sehingga anak tidak takut ataupun canggung untuk bercerita dan bertanya mengenai apa saja kepada orang tua.


Mengenalkan Fitrah Seksualitas juga sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan usia anak, agar anak mudah memahami.

Pengenalannyapun bisa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari, dalam kegiatan yang dilakukan berulang.
Semakin diulang, anak akan semakin mudah untuk mengingat dan memahaminya.

Semoga dengan menumbuhkan Fitrah Seksualitas, anak-anak kita dapat tumbuh menjadi anak-anak yang bertingkah laku, berbicara, bertindak dan merasa sesuai dengan gendernya.
Aamiin



#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#LearningByTeaching

#FitrahSeksualitas

Friday, May 18, 2018

[BUNSAY] Level 11, Day 1


❤ Presentasi kelompok 1 :

PENTINGNYA PERANAN KELUARGA DALAM MENGUATKAN FITRAH SEKSUALITAS ANAK. 



❤ Presenter :
Wenti, Qathrun Nada, Wulan Agustina, Lafrania Taufik, Popi Rosepti


❤ Resume Diskusi

1. Apa itu fitrah seksualitas?
- Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Dan untuk menguatkan fitnah seksualitas pada anak, sangat dibutuhkan peranan dan ikatan dengan ayah dan ibunya.
(Harry Santosa) 


Sedangkan menurut lembaga koalisi perempuan, menyebutkan istilah lain yaitu  sosialisasi gender.

Sosialisasi gender adalah suatu proses belajar menjadi perempuan dan menjadi laki-laki dalam pengertian: apa saja peran utama perempuan dan peran utama laki-laki di dalam keluarga dan di dalam komunitas;
bagaimana perempuan dan laki-laki harus berperilaku.


2. Apa pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas?

Sangat penting.
karena jika fitrah ini tidak dikuatkan sejak kecil, maka dikhawatirkan kedepannya bisa terjadi penyimpangan yang membuat anak mengalami gangguan dalam memahami identitas dirinya, terjadi penyimpangan orientasi seksual, dan masalah terhadap lingkungan sosialnya.


3. Tantangan yang dihadapi terkait gender

✔ Pemahaman orang tua tentang fitrah seksualitas yang masih rendah.
Dan kurang terbentuknya bonding dengan anak.


Hal ini bisa menyebabkan peran gender yang harusnya di edukasi sejak dini tidak tersampaikan sehingga membuat missing link pada anak tentang pemahaman dirinya terkait gendernya sendiri.

Padahal memahamkan dan memberikan contoh terkait peran gender ini harusnya menjadi tanggung jawab  para orang tua. 

Selain itu para orang tua masih belum terbuka dan malu-malu dalam menyampaikan informasi terkait pendidikan seks pada anak padahal pendidikan seksualitas bukan hanya bicara tentang seks semata tapi juga menyangkut hal lain yg lebih luas misalnya tentang peran gender dan anggota tubuh yg perlu dilindungi dari kejahatan seksual. 

✔ Teknologi yang terus berkembang 
Terutama dalam hal arus informasi yg sangat cepat dan banyak.

Jika orang tua tidak memberikan bimbingan dan tidak membersamai anak dalam menyaring informasi maka bisa jadi anak menemukan informasi yang salah terkait peran gender.

Apalagi sekarang banyak pemikiran sekuler yang keluar jalur dan membuat fitrah seksualitas menjadi abu2. 

✔ Kurangnya edukasi tentang penguatan peran gender di lingkungan anak
Bukan saja orang tua yang bertanggung jawab tapi juga lingkungan sekolah, tetangga, lingkungan bermain harusnya bisa bersinergi untuk menguatkan peran seksualitas anak. 



4. Solusinya
Orang tua sebagai sosok terdekat dengan anak harus bisa membangun bonding dg anak jika bonding sudah terbangun maka akan lebih mudah mengajarkan anak untuk belajar tentang peran gendernya.

Misalnya tentang bagaimana bersikap layaknya laki2 dan perempuan.

Ayah bisa mengajak anak laki2nya sholat jumat atau sholat berjamaah di masjid.
Ibu pun mulai mengajarkan anak perempuannya pelan pelan menggunakan jilbab, aurat, cara bersikap  dsb.


Sejak anak masih kecil, orang tua harus bisa membangun bonding antara orang tua dan anak.

Ayah dan ibu harus sama-sama berperan.
Ketika kecil, biasanya anak-anak  lebih dekat dg ibu.

Nah, alangkah baiknya keterlibatan ayah juga jangan dilupakan.
Terutama anak laki-laki harus punya kedekatan dengan ayah karena anak belajar peran jenis kelamin dari ayah mereka.
Dengan dekat pada ayahnya, anak laki-laki belajar tentang peran gender laki-laki.
Dari ayah, anak bisa  belajar aspek maskulinitas seperti kemampuan berpikir logis, berani, menghadapi tantangan dll.


Anak laki-laki pun juga harus dekat dengan ibu terutama ketika anak sudah memasuki usia 10-14 th.
Dari ibu anak laki-laki bisa belajar tentang kemampuan  belajar empati, bersikap penyayang, dll.
Kemampuan ini sangat diperlukan oleh anak laki-laki ketika ia kelak menjalankan peran dirinya sebagai seorang suami dan seorang ayah. 

Seorang ayah juga harus dekat dengan anak perempuan, karena seperti banyak quote berkata..
Ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya.

Terkadang sosok ayah menjadi acuan bagi anak perempuan dalam memiliki pasangan hidupnya.

Dan kalau anak perempuan mendapatkan perhatian yang cukup dari ayahnya..
Maka kemungkinan dia tidak akan mudah melakukan perbuatan menyimpang dan mencari-cari perhatian dari laki-laki lain yang kadang bisa berdampak negatif bagi dirinya sendiri.


Jadi, itulah sebabnya kenapa memperkuat bonding antara ortu dan anak itu sangat penting.

Kedekatan anak dengan orang tua akan menjadi pijakan awal bagi anak dalam mengenali dirinya sendiri dan dalam membangun hubungan dan komunikasi yang baik dg ortu mereka hingga mereka dewasa. 

Selain itu orang tua bisa berperan aktif dalam memberikan informasi di media sosial tentang pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas pada anak sehingga informasi positif makin tersebar dan makin banyak orang tua yang sadar tentang urgensi menguatkan peran gender pada anak-anak. 

Orang tua juga bisa bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mau memberikan pengawasan  dan  penyuluhan  terkait peran gender pada anak didiknya.



5. Media edukasi.
Media edukasi yang bisa dipakai orang bisa berupa cerita dari buku bergambar,  nyanyian, dan video edukasi karena anak-anak cenderung tertarik pada sesuatu yang bersifat visual. 


#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#LearningByTeaching
#FitrahSeksualitas